Biografi Al-Walid bin Abdul Malik (86-96 H/705-715M) Khalifah Keenam Bani Umayyah

Andikabm.comBiografi  Al-Walid bin Abdul Malik (86-96 H/705-715M) Khalifah Keenam Bani UmayyahAl-Walid bin Abdul Malik adalah khalifah yang keenam pada masa pemerintahan Bani Umayyah. Khalifah yang berkuasa pada tahun 86-96H/705–715M. Dia berasal dari Bani Umayyah cabang Marwani, putera tertua dari khalifah Abdul Malik bin Hakam. Al-Walid mewarisi tampuk kekhalifahan dari ayahnya Abdul Malik bin Hakam dan diteruskan saudaranya.
Ilustrasi Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik
Tidak ada penentangan berarti atas kedudukan Al-Walid sebagai khalifah sebagaimana pada masa tiga pendahulunya. Ditambah keberadaan para gubernur yang cakap, kekhalifahan mampu meluaskan wilayah hingga mencapai Transoxiana di Asia Tengah, Sindh di anak benua India, dan semenanjung Iberia di Eropa. Al-Walid juga memerintahkan pembangunan berbagai infrastruktur, sehingga sejarah arsitektur Islam dapat dikatakan dimulai dengan serius mulai pada masa kekuasaannya.

Awal kehidupan

Al-Walid dilahirkan pada tahun 668 pada masa kekuasaan Khalifah Mu’awiyah bin Abu Sufyan. Al-Walid adalah putra tertua dari ayahnya, ‘Abdul Malik.
Pada masa kekhalifahan kakeknya, Marwan bin Al-Hakam, ‘Abdul Malik ditetapkan sebagai putra mahkota dan saudara ‘Abdul Malik, ‘Abdul Aziz, ditetapkan sebagai putra mahkota kedua. Dengan demikian, saat ‘Abdul Malik menjadi khalifah, ‘Abdul ‘Aziz berada di urutan pertama sebagai pewaris sepeninggal ‘Abdul Malik. 
‘Abdul Malik berkeinginan agar takhta diwariskan kepada putranya, tetapi ‘Abdul ‘Aziz menolak menyerahkan statusnya. Namun perselisihan dapat dihindari lantaran ‘Abdul ‘Aziz meninggal pada Mei 705. Lima bulan kemudian, ‘Abdul Malik mangkat. Al-Walid kemudian mewarisi tampuk kekhalifahan tanpa ada halangan.

Penaklukan dan Pemerintahan

Al-Walid melanjutkan kebijakan ayahnya untuk meluaskan wilayah kekhalifahan. Tidak ada yang menantang kedudukannya sebagai khalifah sebagaimana pada masa tiga pendahulunya, sehingga Al-Walid dapat lebih memusatkan perhatian pada upaya penaklukan di timur dan barat. Masa pemerintahannya dipandang sebagai salah satu periode terkuat kekhalifahan.
Keberhasilan dalam masa kekuasaan Al-Walid tidak terlepas dari para gubernur berpengaruh yang berkuasa atas namanya. Sepupunya, ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz, ditunjuk sebagai gubernur di kawasan Hijaz dan dia berhasil meredakan ketegangan yang disebabkan luka politik antara penduduk setempat dengan pihak Umayyah.

1. Ke Daerah Timur (Hindustan dan Perbatasan Tiongkok)

Untuk ekspedisi menuju timur, pasukan Islam Bani Umayyah yang dipimpin oleh Panglima Qutaibah bin Muslim membawa mereka untuk menyeberangi Sungai Jihon dan Sihon, kemudian menaklukkan Negeri Bukhara dan Samarkand, Kedua negeri itu terletak di Asia Tengah dan mayoritas penduduknya adalah orang-orang Turki, dan kemenangan ini bisa diartikan bahwa Daulah Islamiyyah telah meluas sampai ke perbatasan Tiongkok. 
Al-Walid menaruh perhatian besar pada pengembangan militer. Dia membangun angkatan laut terkuat pada masa Umayyah dan menjadi kunci penting penaklukan Iberia. Pada tahun 711, pasukan kekhalifahan telah menyeberang Selat Gibraltar dan di bawah kepemimpinan dari Musa bin Nushair dan Thariq bin Ziyad, pasukan Umayyah yang terdiri dari bangsa Arab dan Berber mulai menaklukkan kawasan tersebut. Tahun 716, Umayyah sudah berhasil menguasai Iberia dan sebagian Franka (Prancis).
Seperti ayahnya, ia melanjutkan untuk memberikan kebebasan pada Al-Hajjaj bin Yusuf, dan kepercayaan tersebut berbuah kemenangan. Al-Hajjaj bertanggung jawab memilih panglima yang berhasil membawa kemenangan di timur. 
Muhammad bin Qasim berhasil menundukkan Sindh pada 711, membuka jalan penaklukan India pada masa-masa selanjutnya. Qutaibah bin Muslim, salah satu panglima Umayyah dan gubernur Khurasan, menaklukkan Samarkand, dan mengirim duta ke Tiongkok.
Dalam menjalankan pemerintahan di kawasan timur, Al-Hajjaj sendiri sangat keras dalam menekan para penentang Umayyah, di antaranya adalah kelompok Syi’ah. Keadaan ini membuat mereka mengungsi ke Madinah dan hidup dalam perlindungan ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz di sana. Al-Hajjaj mengkritik ‘Umar karena dinilai terlalu lemah terhadap para penentang yang berpotensi menggoyahkan kekuasaan Umayyah sehingga dia meminta Al-Walid untuk memberhentikan ‘Umar. Al-Walid sepakat, kemudian mengangkat ‘Utsman bin Hayyan sebagai Gubernur Makkah dan Khalid bin ‘Abdullah sebagai Gubernur Madinah.

2. Ke Daerah Barat (Afrika Utara Bagian Barat)

Selanjutnya, menuju Maghribil Aqhsa (daerah bagian barat yang jauh) yang meliputi sebagian besar daerah Libya, Aljazair dan Maroko. Pada masa sebelumnya, daerah ini sudah ditaklukkan oleh Umat Islam namun Bangsa Barbar seringkali memberikan perlawanan dan di masa inilah, dia ingin mengukuhkan kedudukan wilayahnya yang ada di sana. 
Kala itu, mereka sering menaruh dendam kepada para amir-amir Arab, karena kerap kali diperlakukan seperti rakyat jajahan, dan di samping itu mereka juga sering dibantu para laskar Romawi untuk melakukan perlawanan terhadap pemerintahan Amir Bani Umayyah. 
Untuk menghentikan perlawanan yang bergejolak tersebut, Khalifah Walid I bin Abdul Malik segera menunjuk Musa bin Nushair menjadi Wali Gubernur Afrika Utara. Di bawah pemerintahannya, Gubernur Mesir yang cakap tersebut berhasil melakukan perluasan wilayah hingga menjangkau seluruh dataran Afrika Utara bagian barat dan selanjutnya akan dilanjutkan ke daerah tepian Laut Atlantik (selain Kota Kueta). 

3. Ke Andalusia (Benua Eropa)

Sebenarnya, dari awal Daulah Islamiyah mengincar penaklukkan Andalusia (Spanyol). Selepas Tahun 710 atas meninggalnya Witiza, Raja Gothia Barat, kala itu singgasananya diduduki oleh Panglima Roderick. Seluruh keluarga Witiza terutama putra-putranya bersekutu dengan Graf Yulian untuk merebut kembali singgasana ayahnya mereka.
Akhirnya, Graf datang menemui Wali Gubernur Mesir, Musa bin Nushair untuk meminta bala bantuan. Permintaan itu disambut baik dan disetujui oleh Musa itu sendiri, saat telah disampaikan beritanya itu kepada Khalifah Walid I bin Abdul Malik, ia berpesan untuk berhati-hati terhadap permohonan itu karena bisa jadi saja tipuan belaka. 

Kebijakan-Kebijakan Al-Walid bin Abdul Malik

Al-Walid merupakan penggemar arsitektur dan memerintahkan berbagai pembangunan di masanya. Sekitar tahun 701 pada masa kekuasaan ayahnya, Al-Walid memerintahkan pembangunan Jami’ Al-Aqsha, tempat shalat di Masjid Al-Aqsha bagian selatan. Pada tahun 707, Al-Walid memerintahkan perluasan Masjid Nabawi di Madinah. Untuk pertama kalinya, menara masjid dibangun dengan didirikannya empat menara di Masjid Nabawi. Al-Walid juga memerintahkan pembangunan jalan dan sumur-sumur di Hijaz.
Di Damaskus, Al-Walid mengubah basilika Kristen yang dipersembahkan untuk Yohanes Pembaptis (Nabi Yahya dalam Islam) menjadi masjid agung. Basilika ini sendiri awalnya adalah kuil Romawi untuk pemujaan Dewa Yupiter. Masjid ini, kemudian dikenal dengan Masjid Agung Umayyah, selesai dibangun pada 715, beberapa saat setelah Al-Walid mangkat. Dikatakan bahwa kepala Nabi Yahya dikebumikan di kompleks masjid ini.
Al-Walid juga termasuk yang pertama membangun rumah perawatan untuk tunagrahita dan membangun rumah sakit pertama yang menampung mereka sebagai bagian dari layanannya. Setiap penderita juga memiliki perawat yang ditugaskan merawat mereka. Dia juga mengembangkan sistem kesejahteraan, lembaga pendidikan, dan langkah-langkah untuk apresiasi seni.
Al-Walid juga dikenal karena kesalehan pribadinya dan banyak cerita menyebutkan bahwa ia terus-menerus mengutip Al-Qur’an dan selalu menjadi tuan rumah yang menyajikan jamuan besar untuk orang-orang yang berpuasa selama bulan Ramadhan.
Dari berbagai kebijakan di atas juga masih ada kebijakan yang lain yang dilakukan oleh Al-Walid bin Abdul Malik saat menjabat menjadi Khalifah Keenam pada masa Pemerintahan Bani Umayyah. Kebijakan tersebut antara lain sebagai berikut:
  1. Penaklukan Andalusia dibawah pimpinan Gubernur Musa bin Nusair, panglima perang Tharif dan juga panglima perang Thariq bin Ziyad
  2. Penaklukan wilayah Kashgar dibawah komando pimpinan Khurasan, Qutaibah bin Muslim al-Bahili yang pernahmenjabat gubernur Iraq, Persia dan Khurasan.
  3. Penaklukan Negeri Sind dibawah komando Muhammad bin Qasim ats-Tsaqafi.
  4. Mengembangkan seni kebudayaan sehingga menjadi karya seni bercorak Islam dan menjadi kebudayaan tertinggi kala itu
  5. Membangun rumah sakit, panti jompo, panti asuhan, dan gedung pemerintahan serta mendirikan madrasah-madrasah.
  6. Merenovasi Masjidil Haram, mengadakan perbaikan makam Rasulullah Saw, serta merenovasi masjid Nabawi dan masjid Umawy di Damaskus

Wafatnya Al-Walid bin Abdul Malik

Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik menjadi khalifah selama 9 tahun 7 bulan, ia akhirnya wafat pada usia 42 tahun 6 bulan dan dimakamkan di Pemakaman Babus Shagir, Damaskus. Sebelumnya, sempat pernah terjadi perselisihan antara putra mahkota yang jatuh kepada adiknya sendiri, Sulaiman bin Abdul Malik atau anaknya, Abdul Aziz bin Al-Walid I sebagaimana perlakuan yang pernah diambil sebelumnya oleh ayahnya, Abdul Malik bin Marwan. 
Tentu saja, Sulaiman bin Abdul Malik tidak terima soal ini dan berusaha mengulur-ulur waktu saat penobatan pergantian Putra Mahkota berlangsung hingga ajalnya tiba. Selepas kakaknya mangkat, Sulaiman bin Abdul Malik resmi dilantik oleh para pemuka keluarga besar Bani Umayyah untuk menduduki tampuk kekhalifahan selanjutnya. 
Demikian Biografi Al-Walid bin Abdul Malik (86-96 H/705-715M) Khalifah Keenam Bani Umayyah, Semoga dengan adanya artikel ini dapat menambah wawasan kita tentang sejarah Islam pada masa Pemerintahan Bani Umayyah.
Tetap ikuti Andikabm.com untuk mendapatkan update terbaru seputar pendidikan juga informasi-informasi penting lainnya.
Terimakasih, Wassalam ….Andikabm

Leave a Comment