Kapan Pandemi Berakhir, Keluh Kesah Seorang Guru Honorer Di Masa Pandemi
Assalamiu’alaikum Wr. Wb. Andikabm.com– Kapan Pandemi ini akan berakhir…. seluruh dunia pasti bertanya-tanya kapan sebenarnya Pandemi Covid-19 ini akan berakhir atau berlalu. Sejak bulan Desember akhir tahun 2019 Covid-19 ini hadir di Kota Wuhan China. Dan sampai saat ini artikel ini ditulis masih saja merebak bahkan semakin menjadi di seluruh pelosok-pelosok desa.
|
Guru belajar Dalam pandemi |
Semua kegiatan sosial, umum terbatasi, tidak bisa bebas sbagiamana biasa. Terlebih seorang Tenaga pendidik atau Guru. Guru adalah suatu pekerjaan yang sangat mulia. Karena seorang guru bertugas bukan hanya untuk mencerdaskan anak bangsa. Pada dasarnya guru hasrus mampu mendidik yang artinya merubah perilaku peserta didik yang terfokus pada aspek sikap. Sikap yang mencakup antara lain religius, mandiri, gotong royong, tanggung jawab, jujur, kerja keras, peduli, percaya diri, dan kerja sama. Mengajar juga mempunyai arti mengubah perilaku peserta didik yang dulunya belum tahu menjadi tahu, baik dalam aspek pengetahuan ataupun ketrampilan, sesuai dengan spesifikasi Guru itu sendiri.
Di masa pandemi seperti saat ini yang menjadikan beban tersendiri bagi guru. Bagaimana bisa seorang guru akan secara maksimal di dalam mendidik, karena peserta didik dan guru tidak bisa komunikasi secara tatap muka langsung.
Kapan Pandemi Berakhir, Keluh Kesah Seorang Guru Honorer Masa Pandemi
Tugas Guru Dalam Sikap
Tugas mendidik adalah rohnya pada aspek sikap. Sementara guru tidak akan mungkin dapat melihat secara langsung untuk mengamati sikap perilaku peserta didiknya. Misalnya meninjau dari sikap jujur. Guru tidak mungkin bisa mengetahui secara pasti dalam hal mengerjakan tugas-tugas atau penilaian harian yang diberikan murni dari hasil karya peserta didik sendiri. Karena pelaksanaan online, peserta didik bisa dengan leluasa mencari jawaban dengan cara mereka sendiri. Baru ditinjau dari satu sikap saja belum sikap yang lain.
Baca juga:
Misal ditinjau dari sikap percaya diri, jelas kalau dikaitkan dengan pengerjaan tugas atau pengerjaan penilaian harian, sikap percaya diri belum bisa tumbuh secara maksimal. Karena peserta didik bisa lebih leluasa bertanya ke mana pun. Maka dari sinilah, guru di masa pandemi ini sangat-sangat merasa prihatin. Karena guru kurang maksimal dalam merubah perilaku peserta didiknya yang terkait dengan sikap jujur dan percaya diri. Itupun baru dua contoh sikap, belum sikap-sikap yang lain yang harus dikuasai oleh seorang peserta didik.
Apalagi jika masuk pada aspek religius dan mandiri. Pada aspek religius biasanya guru setiap pagi dan siang bisa memandu langsung untuk diajak memohon berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Diajak berlatih sholat Dhuha sholat berjamaah yang lainnya. Dengan harapan materi yang diberikan saat itu dapat bermanfaat di kelak nanti. Kini, di masa pandemi guru tak dapat lagi melihat aktivitas peserta didik berdoa. Walaupun dalam pembelajaran luring pun kegiatan tersebut tetap dilakukan.
Kemudian jika ditinjau dari sikap mandiri, jelas di masa pandemi seperti ini guru kurang yakin bahwa sikap ini dapat ditumbuhkan dengan maksimal. Peserta didik cenderung tergantung pada alat elektronik yang saat ini sedang marak berkembang, yaitu bertanya kepada ”Mbah Google”. Google sudah menjadi rujukan pertama bagi siswa didik.
Tugas Guru Dalam Imu Pengetahuan
Tugas guru yang kedua adalah mengajar. Dalam hal mengajar ini tentunya terfokus pada aspek pengetahuan. Ini mempunyai arti bahwa mengajar itu mempunyai makna mengubah perilaku peserta didik dari yang belum tahu menjadi tahu. Di masa pandemi seperti ini, guru tidak lagi kekurangan cara bagaimana mentransfer ilmu yang dimiliki kepada peserta didik. Di antaranya dimulai dari yang paling sederhana WhatsApp (WA), Google Classroom, Google Form, dan lain sebagainya. Guru dituntut harus mampu dalam mengoperasikan Android yang notabene masih banyak para Guru yang belum mampu atau masih sangat minim dalam IT.
Yang menjadi kendala lainnya adalah tidak meratanya kekuatan sinyal dari masing-masing provider dari android peserta didik. Belum lagi yang berhubungan dengan kekuatan ekonomi orang tua. Karena semua itu butuh kuota. Kuota juga butuh uang. Dari sisi inilah muncul persoalan baru lagi.
Bagaimana mengatasi persoalan ini? Memang dari Pemerintah ada bantuan Kuota namun hanya sekedar, itupun tidak bisa maksimal digunakan dalam pembelajaran, Terkadang telatnya dalam pengiriman kuota baik kepada siswa ataupun kepada Guru itu sendiri.
Kuota yang diberikan Pemerintah tidak sesuai dengan pemakaian.Seperti contohnya sudah belajar berbulan-bulan baru mendapat kiiman. Itu yang terjadi pada kami sebagai Tenaga pengajar di bawah naungan Kemenag.
Guru dituntut lebih kreatif lagi. Misalnya dari contoh yang sederhana saja, guru yang mulanya belum mengenal power point, belum mengenal It secara keseluruhan sekarang mau tidak mau harus mengenal untuk menyampaikan materi yang diajarkan melalui grup kelasnya. Tentunya agar bisa diakses peserta didik, materi tersebut diubah menjadi gambar. Belum lagi yang berkenaan dengan platform pendidikan.
Segi Finansial Seorang Guru
Sebagai Guru Honorer tentunya gaji yang diterima sesuai masuk kelas dalam proses belajar mengajar, saat ini proses belajar mengajar dilaksanakan dengan Daring tentunya hitungan jam masuk juga berkurang yang secara otomatis berkurang pula gaji yang diterimanya nanti.
Sementara Tunjangan dari Pemerintah sangatlah minim untuk gaji seorang Guru Hoinorer di Sekolah atau Madrasah Swasta. Guru yang sudah terdaftar di data Dapodik atau Emis mendapatkan Rp. 250.000,00 setiap bulannya. Nah ….. mungkinkah dana sebesar yang diterima seorang Guru setiap bulan tersebut mampu mencukupi kehidupan sehari-hari. Biaya hidup untuk sekeluarga, biaya anak-anak untuk sekolah dan biaya-biaya lain yang harus ditanggung oelh seorang Guru.
Apabila nantinya generasi penerus banyak yang kurang sesuai dalam pergaulan, akhlaqnya, ilmunya dan lain sebagainya siapa yang akan disalahkan. Tentunya Guru lah yang akan menjadi rujukan awal sebagai seorang yang salah dalam hal ini.
Namun dibalik itu semuanya. Di masa pandemi ini, Guru sebenarnya mendapatkan manfaat juga walau tidak begitu banyak, yang awalnya tidak faham dengan internet sekarang mulai banyak Guru yang ada di Indonesia muali memahaminya.
Mudah-mudahan pandemi yang melanda Kabupaten Lampung Tengah ini khususnya dan Indonesia pada umumnya segera berlalu. Tidak ada lagi Zona-zona merah kuning dan sebagainya. Pendidikan dapat lagi berlangsung seperti biasanya. Tatap muka dengan anak didik dengan peserta didik semuanya. kami rindu dengan peserta didik, begitu pula sebaliknya peserta didik juga rindu dengan Para Guru-gurunya.
Demikian Keluh Kesah Seorang Guru Honorer Masa Pandemi, Semoga pihak Pemerintah segera bisa mengatasinya. Dan semoga tidak ada pihak-pihak yang menggunakan kesempatan dalam saat-saat yang sepeti ini. Semoga Pandemi segera berlalu Terimakasih, Wassalamu’alaikum Wr. Wb