Abu Bakar Assidiq adalah ayah Aisyah ra (istri Rasulullah Saw). Nama yang sebenarnya adalah Abdul Ka’bah yang artinya hamba Ka’bah dan setelah Abu Bakar masuk Islam, namanya diganti oleh Rasulullah Saw dengan nama Abdullah yang artinya hamba Allah Swt.
Rasulullah Saw memberikan gelar Assidiq (yang berkata benar) setelah Abu Bakar membenarkan dengan adanya pristiwa Isra Mi’raj Rasulullah Saw, sehingga ia lebih dikenal dengan nama Abi Bakar Assidiq
Abu Bakar ash-Shiddiq dilahirkan di Mekah dari keturunan Bani Tamim , dengan suku bangsa Quraisy. Beberapa sejarawan Islam mencatat Abu Bakar adalah seorang pedagang, seorang yang terpelajar, hakim dengan kedudukan tinggi, serta dipercaya sebagai orang yang bisa menafsirkan mimpi.
Ketika Nabi Muhammad SAW menikah dengan Ummul Mukminin Khadijah binti Khuwailid, Rasulullah saw pindah dan hidup bersama Abu Bakar assidiq. Sejak saat itulah Nabi Muhammad saw menjadi tetangga Abu Bakar dan berkenalan satu sama lainnya. Mereka berdua berusia dan berprofesi sama, pedagang dan juga ahli berdagang.
Dari kitab Hayatussahabah (kehidupan para sahabat), dalam bab Dakwah Nabi Muhammad saw kepada perorangan, dituliskan bahwa Abu bakar assidiq masuk Islam setelah diajak oleh Rasulullah saw.
Abu Bakar kemudian mendakwahkan ajaran Islam kepada Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Thalhah bin Ubaidillah, Sa’ad bin Abi Waqqas dan beberapa tokoh penting dalam Islam lainnya. Istri Abu Bakar yaitu Qutaylah binti Abdul Uzza tidak menerima ajaran Islam sebagai agama, sehingga Abu Bakar menceraikannya.
Istrinya yang lain, Ummu Ruman, memeluk Islam. Juga semua anaknya kecuali dengan ‘Abd Rahman bin Abu Bakar, sehingga Abu Bakar dan ‘Abd Rahman berpisah.
Gelar-gelar Abu Bakar as-Siddiq
Ash – Shiddiq
Ini adalah julukan yang paling terkenal. Ash – Shiddiq artinya adalah orang yang paling mebenarkan. Rasulllah SAW meberikan gelar ini karena Abu Bakar merupakan orang yang pertama kali dengan tegas meyakini tanpa keraguan sedikit pun bahwa Rasulullah Benar telah menjalani Is’ra dan Mi’raj. Beliau juga orang dewasa pertama yang beriman.
Al Atiq
Sebagian meriwayatkan nama ini diberikan kepada Abu Bakar oleh ibunya. Atiq artinya terbebas.
Abu Bakar
Nama Abu Bakar punmerupakan gelar. Abu berarti bapak, Bakar bermakna awal mula. Nama ini merupakan nama yang diberikan karena beliau merupakan lelaki dewasa pertama yang menerima ajaran Islam.
Ash – Shahib
Gelar Ash – Shahib atau yang berarti sahabat sebagaimana disebutkan Allah SWT dalam Al Quran.
Al Atqa
Abu Bakar juga dijuluki sebagai orang yang paling bertaqwa. Gelar ini diberikan langsung oleh Allah SWT
Al Awah
Abu Bakar juga dijuluki al-awah karena iya memiliki sifat yang takut mendalam kepada Allah SWT. Dan Masih banyak lagi julukan bagi beliau.
Penyiksaan Oleh Kafir Quraisy
Sebagaimana yang juga dialami oleh para sahabat yang mememeluk Islam pada masa awal. Abu Bakar juga mengalami penyiksaan yang dilakukan oleh penduduk Mekkah yang kebanyakan dari mereka masih memeluk agama nenek moyangnya.
Namun, penyiksaan paling kejam yang dialami oleh mereka yang berasal dari golongan budak. Sementara para pemeluk islam yang bukan dari golongan budak biasanya masih dilindungi oleh para keluarga dan sahabat mereka, sedangkan para budak disiksa sekehendak tuannya. Hal ini mendorong Abu Bakar guna membebaskan para budak tersebut dengan membeli budak dari tuannya kemudian memerdekakannya.
Pada saat Nabi Muhammad saw pindah ke Madinah (622 M), ketika peristiwa Hijrah, Abu Bakar adalah satu-satunya orang yang selalu menemaninya. Abu Bakar juga terikat dengan Rasulullah saw secara kekeluargaan. Aisyah, anak perempuan Abu Bakar menikah dengan Nabi Muhammad saw beberapa saat setelah Hijrah.
Selama masa Rasulullah saw sakit saat menjelang wafat, dikatakan bahwa Abu Bakar ditunjuk untuk menggantikan Rasulullah Saw menjadi imam salat, banyak yang menganggap ini sebagai indikasi bahwa Abu Bakar yang pantas untuk menggantikan posisi Rasulullah sebagai pemimpin Umat Islam.
Bahkan setelah Rasulullah SAW telah meninggal dunia, Abu Bakar Ash-Shiddiq dianggap sebagai sahabat yang paling tabah menghadapi meninggalnya Rasulullah SAW ini. Segera setelah kematian Rasulullah Saw, dilakukan musyawarah di kalangan para pemuka kaum Muhajirin dan Anshar di Madinah, yang akhirnya menghasilkan ditunjuknya Abu Bakar sebagai pemimpin umat Islam atau khalifah Islam tahun 632 M.
Sebelum memeluk Agama Islam, Abu Bakar r.a. terkenal sebagai orang baik, lembut hatinya, suka menolong dan memberi maaf.
Setelah Memeluk Agama Islam dan berkuasa sebagai khalifah pengganti Rasullullah Saw dalam memimpin negara dan umat.
Abu Bakar r.a. adalah orang yang benar-benar memahami sabda Rasulullah Saw: “Ya Allah, siapa saja yang diberi tanggung jawab memimpin urusan pemerintahan umatku dan menimbulkan kesulitan bagi mereka, maka persulitlah dia. Dan siapa saja yang memerintah umatku dengan sikap lembut (bersahabat) kepada mereka, maka lembutlah kepadanya.” [HR. Muslim].
Namun sebagai Khalifah, beliau harus menjalankan kepemimpinannya dengan Al-qur’an dan Sunnah Rasulullah SAw, dan wajib menjaganya agar supremasi hukum syariah tetap terjaga. Oleh karena itu, dalam mempertahankan kedaulatan hukum syariah, Abu Bakar tidak segan-segan mengambil tindakan tegas bagi siapa saja yang hendak menghancutrkan umat Islam.
Seperti yang beliau lakukan kepada kaum muslimin yang murtad dan tidak mau membayar zakat setelah mendengar kabar wafatnya Rasulullah Saw. Sekalipun para sahabat yang diminta pendapatnya masih mengampuni tindakan orang-orang yang tidak mau membayar zakat itu selama mereka masih sholat, tapi Khalifah Abu Bakar tetap dalam pendiriannya.
Di depan kaum muslimin beliau berpidato: “Wahai kaum muslimin, ketahuilah saat Allah mengutus Muhammad, kebenaran itu (Islam) selalu diremehkan dan Islam dimusuhi sehingga banyak orang yang enggan memeluk Islam sebab takut disiksa. Namun Allah Swt menolongnya sehingga seluruh bangsa Arab bisa disatukan di bawah naungannya.
Demi Allah, aku akan tegakkan agama ini dan akan berjuang di jalan Allah sampai Allah memberikan kemenangan atau memberikan surga bagi orang yang terbunuh di jalan Allah dan akan memberi kejayaan bagi orang yang mendapat kemenangan sehingga ia akan dapat menjadi hamba yang berbakti dengan aman.
Demi Allah, jika mereka tidak mau membayar zakat, meski hanya seutas tali, pasti akan aku perangi walaupun jumlah mereka banyak sampai aku terbunuh, sebab Allah tidak memisahkan kewajiban zakat dari kewajiban sholat.” (lihat Al Kandahlawy, Hayatus Shahabat, juga Kanzul Ummal).
BACA JUGA : Kisah Syaidina Ali Sang Menantu Nabi
Perang Riddah
Setelah pengangkatan Abu Bakar sebagai khalifah, beberapa masalah yang mengancam persatuan umat Islam saat itu muncul.
Beberapa suku Arab yang berasal dari Nejed dan Hijaz membangkang kepada Abu Bakar sebagai khalifah baru dan sistem yang ada.
Beberapa di antaranya menolak untuk membayar zakat walaupun tidak menolak agama Islam sepenuhnya. Beberapa dari yang lain kembali memeluk agama dan tradisi lamanya yaitu penyembahan berhala.
Suku-suku tersebut meyakini bahwa hanya memiliki komitmen dengan Nabi Muhammad saw dan dengan kematiannya komitmen itu sudah tidak berlaku lagi.
Berdasarkan hal ini Abu Bakar assidiq menyatakan perang terhadap mereka yang dikenal dengan nama perang Riddah.
Dalam perang Ridda terbesar umat Islam memerangi “Ibnu Habib al-Hanafi” yang lebih dikenal dengan nama Musailamah al-Kazab yang artinya Musailamah si pembohong, yang mengaku dirinya sebagai
Nabi baru menggantikan Nabi Muhammad saw.
Pasukan Musailamah kemudian dikalahkan pada perang Akraba yang dipimpin oleh Khalid Bin Walid.
Sedangkan Musailamah sendiri terbunuh di tangan Al-Wahsy, seorang budak yang dibebaskan oleh Hindun istri Abu Sufyan karena sudah berhasil membunuh Hamzah Singa Allah di waktu Perang Uhud.
Al Wahsyi kemudian memeluk Islam dan bertaubat serta mengakui bahwa dia melakukan kesalahan atas pembunuhan Hamzah.
Al Wahsyi pernah berkata, “Dahulu aku membunuh seorang yang sangat dicintai Rasulullah Saw (Hamzah) dan kini aku telah membunuh orang yang sangat dibenci oleh Rasulullah saw (yaitu nabi palsu Musailamah al-Kazab).”
Ekspedisi Ke Utara
Setelah keadaan umat Islam sudah stabil dan secara penuh sudah menguasai Arab, Abu Bakar Assidiq memerintahkan para jendral Islam untuk melawan kekaisaran Sassanid dan kekaisaran Bizantium.
Khalid bin Walid sebagai panglima perang telah menaklukkan Irak dengan mudah, sedangkan ekspedisinya ke Suriah juga meraih kesuksesan.
Pengumpulan Teks Al-Qur’an
Abu Bakar juga berperan dalam mempertahankan teks-teks tertulis Al Qur’an.
Dikatakan bahwa setelah mendapat kemenangan yang sangat sulit saat melawan Musailamah al-kadzab dalam perang Riddah, banyak para penghafal Al Qur’an yang ikut perang, mati syahid dalam pertempuran.
Umar bin Khottob lantas meminta Abu Bakar untuk mengumpulkan koleksi dari Al Qur’an.
Oleh sebuah tim yang diketuai oleh seorang sahabat Zaid bin Tsabit, mulailah dikumpulkan lembaran-lembaran al-Qur’an dari para penghafal al-Qur’an dan tulisan-tulisan al-Qur’an yang terdapat pada media tulis seperti kulit, tulang, dan lain sebagainya, setelah lengkap penulisan ini kemudian disimpan oleh Abu Bakar.
Setelah Abu Bakar wafat maka disimpan oleh Umar bin Khaththab dan kemudian disimpan oleh Hafsah, anak perempuan dari Umar bin Khottob dan juga istri dari Nabi Muhammad saw.
Kemudian pada masa pemerintahan Usman bin Affan kumpulan al-Qur’ani ini menjadi dasar penulisan teks al-Qur’an yang dikenal saat ini.
Abu Bakar Assidiq Wafat
Pada tanggal 23 Agustus 634 M Abu Bakar meninggal dunia pada usia 61 tahun di Madinah karena sakit yang dideritanya dan Abu Bakar dimakamkan di rumah putrinya Aisyah ra di samping makam Nabi Muhammad SAW. Di dekat Masjid Nabawi.
Untuk kisah yang lain terkait Umar bin Khattab, tentang Kedermawanan, Kepemimpinan, akan saya share di lain waktu.
Wallohu a’lam…….Terimaksih,
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Ss
https://kata-h.blogspot.com/2020/07/kata-kata-hikmah-ala-santri-indonesia.html