Syekh Abdul Qodir Al-Jailani Guru Tharekat Qodiriyah Dunia
|
Gbr. Ilustrasi Syekh Abdul Qodir Al Jailani |
Syekh Abdul Qodir Al-Jailani dikenal Mujahid dan Mujaddid Pelopor Sufisme Thariqat Qodiriyah
andikabm.com – Sahabat Blogger Pecinta Kisah Inspiratif, Alim Ulama siapa yang tidak mengenal syekh Abdul Qodir Al-Jailani, Seorag tokoh sufi yang mengajarkan ilmu Tharekat yang dapat wushul kepada sang Kholiq yang sangat banyak jamaahnya di seantero dunia juga di Indonesia.
Dalam sebuah perjalanan sejarah Islam itu pasti ada Mujahid-Mujahid terbaru dalam waktu yang cukup lama, batas waktu pun tidak terbatas yang pasti selama seratus tahun atau satu abad sudah bisa di pastikan ada Mujahid baru yang membawa pendangan-pandangan ajaran Islam yang masih tetap berpegang teguh pada Al-Qur’an dan As-sunah.
Jikalau mujahid Islam pada abad-abad ke-11 M/ 5 H ada seorang Mujahid tokoh Islam yang sangat terkenal sampai saat ini dan ajarannya pun masih dipelajari di pesantren-pesantren dunia, Beliau adalah Imam Al-Ghazali yang sangat terkenal dengan sebuah julukan Hujjatul Islam karena sebuah keberhasilannya yang tidak dapat dilupakan, yaitu menggabungkan antara syariat dan tarekat secara teoritis.
Sebuah mutiara sejarah yang tidak akan pernah dilupakan yang berlangsung sekitaran abad ke 12 M/6 H telah diduduki seorang Ulama yang berhasil memadukan antara syariat dan sufisme secara praktis dan aplikatif. karena hasil karya beliau mendapatkan gelar Quthubul Auliya’ serta Ghautsul a’dzam, orang yang suci terbesar di dalam Islam, Beliau adalah Syekh Abdul Qodil Al-Jailani.
Jika nama al-Ghazali dikenal dalam studi-studi tasawuf secara akademik melalui kitab-kitab teori sufinya, nama al-Jailani lebih membumi karena ajaran amaliahnya. Sehingga, dalam masyarakat Muslim, namanya sangat populer, dijadikan sarana wushuliyyah, serta selalu disebut dalam setiap acara-acara keagamaan, di samping manakib-nya yang juga banyak dibaca tentang riwayat hidup sang tokoh.
Sebagian besar umat Islam Indonesia sangat familier dengan nama tokoh ini. Demikian pula para pengkaji tasawuf di Barat dan Timur yang sangat menaruh hormat kepadanya karena keberhasilannya membumikan tasawuf bagi masyarakat Muslim hingga saat ini.
Biografi Syekh Abdul Qodir Al jailani
Nama lengkapnya adalah Sayyid Muhyidin Abu Muhammad Abdul Qadir ibn Abi Shalih Musa Zangi Dausat al-Jailani. Syekh Abdul Qadir dilahirkan di Desa Nif atau Naif, termasuk pada distrik Jailan (disebut juga dengan Jilan, Kailan, Kilan, atau al-Jil), Kurdistan Selatan, terletak 150 kilometer sebelah timur laut Kota Baghdad, di selatan Laut Kaspia, Iran. Wilayah ini dahulunya masuk ke bagian wilayah Thabarishtan, sekarang sudah memisahkan diri, dan masuk menjadi suatu provinsi dari Republik Islam Iran.
Beliau dilahirkan pada waktu fajar, Senin, 1 Ramadhan 470 H, bertepatan dengan tahun 1077 M dan wafat di Baghdad pada Sabtu, 11 Rabiuts-Tsani 561 H/1166 M.
Kebanyakan biografi (dikenal sebagai manakib) tokoh sufi terpopuler ini penuh dengan fiksi, tanpa mendasarkan pada fakta-fakta sejarah. Padahal, ulama ini merupakan tokoh sejarah yang cukup besar dalam wacana pemikiran Islam, terutama sejarah tasawuf. Sehingga, para ulama banyak mengungkapkan bahwa Syekh Abdul Qadir merupakan mujtahid abad ke-14.
Menurut peneliti Walter Braune dalam bukunya Die ‘Futuh al-Ghaib’ des Abdul Qodir (Berlin & Leipzig, 1933), ia adalah wali yang paling terkenal di dunia Islam. Sedangkan, penulis Muslim Jerman, Mehmed Ali Aini (Un Grand Saint del Islam: Abd al-Kadir Guilani, Paris, 1967), menyebut al-Jailani sebagai orang suci terbesar di dunia Islam.
Beliau terlahir sebagai anak yatim (di mana ayahnya telah wafat sewaktu beliau masih dalam kandungan ibunya dalam usia enam bulan) di tengah keluarga yang hidup sederhana dan saleh. Ayahnya, al-Imam Sayyid Abi Shalih Musa Zangi Dausat, adalah ulama fuqaha ternama, Mazhab Hambali, dan garis silsilahnya berujung pada Hasan bin Ali bin Abi Thalib, menantu Rasulullah SAW.
Sedangkan, ibunya adalah Ummul Khair Fathimah, putri Sayyid Abdullah Sauma’i, seorang sufi terkemuka waktu itu. Dari jalur ini, silsilahnya akan sampai pada Husain bin Ali bin Abi Thalib. Jika silsilah ini diteruskan, akan sampai kepada Nabi Ibrahim melalui kakek Nabi SAW, Abdul Muthalib. Ia termasuk keturunan Rasulullah dari jalur Siti Fatimah binti Muhammad SAW. Karena itu, ia diberi gelar pula dengan nama Sayyid.
Keistimewaan Syekh Abdul Qadir al-Jailani sudah tampak ketika dilahirkan. Konon, ketika mengandung, ibunya sudah berusia 60 tahun. Sebuah usia yang sangat rawan untuk melahirkan. Bahkan, ketika dilahirkan yang bertepatan dengan bulan Ramadhan, Syekh Abdul Qadir al-Jailani tidak mau menyusu sejak terbit fajar hingga Maghrib.
Namun, kebesaran Syekh Abdul Qadir al-Jailani bukan semata-mata karena faktor nasab dan karamahnya. Ia termasuk pemuda yang cerdas, pendiam, berbudi pekerti luhur, jujur, dan berbakti kepada orang tua.
Selain itu, kemasyhuran namanya karena kepandaiannya dalam menguasai berbagai ilmu pengetahuan, terutama dalam bidang agama. Ia menguasai ilmu fikih dan ushul fikih. Kendati menguasasi Mazhab Hanafi, ia pernah menjadi mufti Mazhab Syafi’i di Baghdad.
Di samping itu, ia juga dikenal sangat alim dan wara. Hal ini berkaitan dengan ajaran sufi yang dipelajarinya. Ia suka tirakat, melakukan riyadhah dan mujahadah melawan hawa nafsu.
Selain penguasaannya dalam bidang ilmu fikih, Syekh Abdul Qadir al-Jailani juga dikenal sebagai peletak dasar ajaran tarekat Qadiriyah. Al-Jailani dikenal juga sebagai orang yang memberikan spirit keagamaan bagi banyak umat. Karena itu, banyak ulama yang menjuluki ‘Muhyidin’ (penghidup agama) di depan namanya.
Demikinalah sekelumit kisah seorang Tokoh Sufi dunia yang sampai saat ini muridnya ada diberbagai belahan dunia khususnya Indonesia. Tetap kunjungi Blog kami Andikabm.com yang selalu update informasi-informasi seputar Pendidikan dan informasi-informasi penting lainnya. Terimakasih, Wassalamu’alaikum Wr. Wb.